Peluang Investasi

Punk, Sebuah Pergerakan Yang Menjadi Komunitas

Kamis, April 10, 2008


Pada awal kemunculannya, Punk merupakan sebuah gerakan perlawanan yang dilakukan oleh sekelompok buruh di Inggris yang tidak puas dengan sistem sosial yang berlaku pada saat itu yang mengelompokkan masyarakat menjadi dua golongan, yaitu kaum pengusaha (pemilik modal) dan kaum pekerja. Ketidakpuasan para buruh terutama diakibatkan oleh perlakuan masyarakat kelas pengusaha terhadap kelas pekerja. Kesenjangan sosial yang terjadi dan eksploitasi yang dilakukan kaum pengusaha terhadap kaum buruh menimbulkan perasaan senasib diantara para buruh dan kemudian melahirkan sebuah pergerakan yang menentang sistem kapitalisme. Pergerakan tersebut kemudian membentuk sebuah komunitas yang anggotanya terdiri atas kaum buruh yang mempunyai pandangan yang sama terhadap tindakan sewenang-wenang para pemilik modal. Dengan menganut prinsip Do It Yourself dan Equality, gerakan resistensi radikal yang kemudian menjadi budaya penentangan tersebut dikenal sebagai Punk.
Pergerakan Punk di Jogja telah masuk sejak tahun 1970-an tetapi baru benar-benar meledak pada tahun 1990-an. Hal ini disebabkan oleh ekspose media massa terhadap komunitas Punk yang baru terjadi pada pertengahan 1990-an dan kemudian mengubah pergerakan resistensi radikal menjadi sebuah budaya trend global dari kapitalisme.
Disebut begitu sebab sekarang anak-anak muda yang mengikuti pergerakan Punk hanya sebatas penampilan luarnya saja dan tidak tahu apapun mengenai Punk itu sendiri kecuali anarkisme yang sering identik dengan komunitas Punk. Padahal, anarki menurut Punk adalah anarki dalam cara berpikir dan bagaimana Punk bisa melakukan pemberontakan dengan cara sendiri.

Fashion, Musik dan Life Style

Terkait dengan sejarah pergerakan Punk, anggota komunitas Punk menuangkan ideologi pergerakan mereka melalui simbol-simbol yang sampai sekarang tetap melekat dan menjadi identitas dari komunitas Punk di seluruh pelosok wilayah. Simbol-simbol tersebut dituangkan melalui gaya hidup, cara berpakaian dan jenis musik yang dimainkan oleh anak-anak Punk.
Cara berpakaian anak-anak Punk yang cenderung lusuh dan terlihat menyeramkan karena berbagai macam aksesori yang tidak biasa digunakan oleh anak-anak muda pada umumnya mempunyai arti khusus dan berhubungan erat dengan sejarah awal pergerakan Punk. Bukan karena keinginan untuk tampil beda dan untuk menarik perhatian saja. Simbol-simbol tersebut antara lain sepatu boots Doc Mart yang melambangkan kaum buruh itu sendiri sebagai penggagas pergerakan Punk, sedangkan celana jins cingkrang dengan jas dan dasi yang sering dikenakan oleh para Rude Boy (komunitas Ska/Tutons) dimaksudkan untuk menyindir kaum Borjouis. Rambut Mohawk, safety pin, kalung anjing dan gelang spike melambangkan perlawanan terhadap kemapanan dan modernisasi.
Komunitas Punk lahir di jalanan dan anggota dari komunitas tersebut juga merupakan orang-orang jalanan maka tempat berkumpul anak-anak Punk adalah di jalan. Tempat yang biasa digunakan untuk berkumpul (dalam istilah komunitas Punk disebut sebagai nye-treet, diambil dari kata street yang berarti jalan) adalah di perempatan jalan. Di Jogja, perempatan-perempatan jalan yang sering digunakan untuk nye-treet antara lain di perempatan dekat Mirota Kampus UGM, perempatan jalan Wirobrajan, perempatan jalan di dekat pasar Demangan, serta perempatan jalan Gondokusuman di sebelah toko Grasia. Berdasarkan lokasi nye-treet tersebut maka muncul istilah Punk Mirota Kampus, Punk Wirobrajan, Punk Demangan atau pun Punk Grasia.
Penamaan komunitas Punk di masing-masing daerah tersebut bukan dimaksudkan sebagai pembatas atau tindakan pengkotak-kotakan komunitas sebab pada dasarnya anak-anak Punk yang ada di scene Jogja adalah orang-orang yang sama apa pun sebutannya dan menjadi satu komunitas. Pemberian nama itu hanya untuk memudahkan identifikasi lokasi yang menjadi tempat nye-treet anak-anak Punk.
Anak-anak Punk yang mempunyai kegiatan nye-treet tersebut sering dikenal dengan istilah ‘Street Punk’. Dalam pergerakan Punk terdapat berbagai macam jenis Punk dengan aliran musik yang berbeda. Namun, inti dari pergerakan Punk itu sendiri apa pun jenis alirannya adalah sama yaitu ‘Do It Yourself’. Idealisme tersebut seolah menjadi sebuah harga mati bila ingin ikut ke dalam pergerakan Punk dan masuk menjadi anggota komunitas Punk. Dari idealisme tersebut, para anggota komunitas Punk mewujudkannya melalui fashion, life style dan terutama melalui musik.
Punk dan musik adalah satu kesatuan. Karena kebanyakan anak-anak Punk adalah musisi maka gerakan yang paling dominan adalah melalui musik, yaitu dengan indie label atau underground. Musik dengan irama cepat dan berdistorsi kasar serta syair lagu yang penuh dengan kritik sosial merupakan ciri dari komunitas Punk. . Musik menjadi media komunikasi bagi komunitas Punk dalam menyampaikan protes mereka terhadap tatanan sosial masyarakat.
Selain itu, musik dengan syair-syair lagunya yang sarat dengan kritik sosial politik dapat menjadi sarana pendidikan politik yang ampuh bagi anggota komunitas Punk. Tetapi, lirik lagu yang dimainkan oleh band-band Punk tidak hanya bertema sosial politik saja, ada juga yang mengangkat tema mengenai kehidupan sehari-hari anak-anak Punk.

Proses dan Bentuk Komunikasi Yang Terjadi Dalam Komunitas Punk



Bentuk komunikasi yang terjadi di dalam komunitas Punk di Jogja adalah melalui newsletter, pamflet underground, even musik serta kegiatan nye-treet yang biasanya memakan waktu hingga berjam-jam dan dilakukan setiap hari terutama pada Sabtu malam.
Kegiatan nye-treet yang sering dilakukan oleh anak-anak Punk menjadi sarana paling efektif untuk berdiskusi, saling bertukar informasi ataupun sebagai sarana sosialisasi pergerakan Punk untuk para Poser (orang yang tertarik dengan pergerakan Punk namun bukan seorang anggota Punk) dan sarana publikasi acara musik yang akan diadakan oleh komunitas Punk di daerah tertentu.
Pada saat nye-treet tersebut, anak-anak Punk biasanya berdiskusi seputar isu-isu yang terjadi di masyarakat maupun di dalam komunitasnya sendiri dan saling bertukar informasi berupa news letter, zine, kaset, literatur, majalah maupun pamflet terbitan underground. Pertukaran informasi yang terjadi tersebut biasanya menjadi sarana sosialisasi pergerakan Punk bagi anggota komunitas Punk yang baru bergabung dan ingin mengetahui lebih dalam mengenai Punk dan idealismenya.
Berawal dari kegiatan nye-treet tersebut sering kali muncul diskusi mengenai penyelenggaraan even-even musik Punk. Sampai saat ini, even musik yang berhasil diselenggarakan oleh komunitas Punk Jogja, antara lain Jogja Hari Ini, Jogja Brebeg, Sunday Morning (yang rutin diadakan sebulan sekali di depan kampus fakultas Filsafat UGM) serta Here Comes The Bastard.
Proses pelaksanaan even-even musik tersebut biasanya bermula dari gagasan beberapa orang anak Punk yang sedang nye-treet kemudian dikembangkan menjadi sebuah rapat besar yang melibatkan anggota komunitas Punk di Jogja melalui perwakilan dari masing-masing wilayah (Punk Mirota Kampus, Punk Demangan, Punk Wirobrajan, dsb). Setelah melalui beberapa kali pertemuan dan tercapai kesepakatan bersama, masing-masing wilayah biasanya akan membantu panitia dengan memberikan donasi berupa uang maupun alat-alat musik. Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang memperkuat solidaritas dan menjadi media komunikasi bagi anggota komunitas Punk Jogja.
Namun, seiring dengan perkembangan jenis media serta kemajuan di bidang teknologi, anak-anak Punk Jogja saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota komunitas Punk di daerah lainnya melalui internet.
Kegiatan komunikasi yang dilakukan antara lain dengan saling mengirim e-mail, diskusi melalui mailing list ataupun mengakses situs dan zine underground yang dibuat oleh komunitas Punk di wilayah tertentu seperti www.punkpages.cjb.net, www.papakermadistro.cjb.net, www.fastnbulbous.com atau www.geocities.com/innergarden_zine. Melalui internet, interaksi anggota komunitas Punk baik lokal maupun internasional semakin terjalin dengan baik dan menambah pengetahuan bagi masing-masing anggota komunitas.

Karakteristik Komunitas Punk Jogja


Komunitas Punk yang ada di scene Jogja adalah komunitas yang terbuka. Anak-anak Punk di Jogja sangat mudah menerima kehadiran orang lain yang bukan merupakan anggota komunitas. Namun, sering kali masyarakat menganggap kalau komunitas ini adalah komunitas yang eksklusif. Hal ini mungkin disebabkan oleh gaya berpakaian anak-anak Punk yang aneh menurut tataran umum serta stigma negatif masyarakat terhadap komunitas Punk.
Anggota komunitas Punk di scene Jogja juga memiliki jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi terutama pada kelompoknya. Loyalitas antar anggota dalam satu komunitas juga sangat tinggi dan hal tersebut menjadi suatu kesepakatan bersama yang selalu dipegang oleh anak-anak Punk, “right or wrong, this is my friend”.
Selain itu, hubungan sosial yang terjadi sangat erat sebab terdapat kegiatan komunikasi yang jelas antar komunitas. Kegiatan komunikasi tersebut dapat terjadi dalam kerangka personal maupun kelompok. Ciri fisik yang terlihat jelas pada atribut yang dipakai oleh anggota komunitas Punk memudahkan para anggota komunitas-komunitas Punk untuk saling mengenal dan berkomunikasi sehingga akhirnya terbentuk solidaritas yang kuat antar komunitas Punk dalam satu scene.
Dalam komunitas Punk di Jogja, anggota komunitas kebanyakan didominasi oleh laki-laki. Anggota perempuan juga ada tetapi hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit. Itu saja merupakan orang-orang yang benar-benar mengerti dan mengikuti secara total pergerakan Punk, tidak hanya ikut-ikutan teman atau pacar. Untuk daerah Jogja, karena anggota Punk perempuan masih sedikit jumlahnya maka keberadaannya kurang begitu terlihat dan belum pernah melakukan pergerakan nyata seperti Punk perempuan di Jakarta yang membuat pergerakan anti diskriminasi gender dan kekerasan terhadap perempuan.
Minimnya perempuan yang menjadi anggota komunitas Punk tersebut disebabkan oleh pengaturan dalam tatanan sosial masyarakat yang membedakan peran antara laki-laki dengan perempuan. Selain itu, isu seksisme juga menjadi kekhawatiran utama bagi perempuan untuk mengikuti gaya hidup Punk. Namun, massa Punk sendiri tidak pernah membedakan orang-orang yang ingin mengikuti pergerakan Punk sebab prinsip Equality adalah salah satu prinsip yang menjadi dasar pergerakan Punk selama ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hiidup truss komunitas punk !!
hancurkan penguasa ! lawann !!